Ilusi Naik Gaji, Ini Cara Yang Benar Untuk Sejahtera!

Setiap tanggal 1 Mei di Indonesia menjadi hari libur karena berbarengan dengan hari Buruh. Di tanggal tersebut pula biasanya terjadi banyak demo buruh, salah satu yang di jadikan bahan demo adalah penuntuttan kenaikan besaran UMR/P (Upah Minimum Regional/Provinsi). Apakah iya kenaikan upah atau gaji otomatis akan meningkatkan kesejahteraan buruh?

Mada Aryanugraha

10/5/20244 min read

a group of people walking down a street
a group of people walking down a street

Selama pengalaman saya sebagai seorang Perencana Keuangan, seringkali saya mendapatkan curhatan dari klien yang melakukan konsultasi, terkait rendahnya pendapatan mereka yang tidak mencukupi untuk kebutuhan biaya hidup mereka. Bahkan ada yang mengatakan kalau dia sudah 2-3 tahun tidak mendapatkan kenaikan gaji, sehingga meningkatnya kebutuhan hidup semakin terasa berat dan akhirnya mengakibatkan tidak bisa memiliki tabungan. Hal ini yang seringkali menjadi alasan banyak orang yang saya temui, mengalami kesulitan dalam merencanakan keuangan, terutama untuk mencapai tujuan keuangan mereka di masa depan.

Oleh karena itu mendapatkan kenaikan gaji tentunya menjadi idam-idaman bagi setiap karyawan. Hal ini menjadi harapan bagi mereka, sebagai jalan keluar untuk bisa menabung dan mencapai kesejahteraan di masa depan. Pindah pekerjaan demi mendapatkan kenaikan gaji yang lebih besar sering kali jadi pilihan, apalagi ketika ada tawaran kenaikan gaji sampai dengan 30-40 persen dari gaji di perusahaan sebelumnya. Nah apakah benar kenaikan gaji bisa membuat seseorang jadi bisa menabung? Sehingga bisa membuat mereka merencanakan keuangannya dengan baik dan mencapai kesejahteraan?!

Faktanya, berdasarkan pengalaman saya dari membantu banyak klien, kenaikan gaji ini ternyata hanya memberikan rasa senang di 3-4 bulan pertama saja setelah mendapatkan kenaikan gaji, atau setelah pindah perusahaan. Karena setelah itu permasalahan keuangan sebelum mendapatkan kenaikan gaji kembali dirasakan. Maka dari itu yang harus pembaca pahami adalah, permasalahan tidak bisa menabung, atau masalah terjerat utang, penyebabnya bukanlah karena kecilnya pendapatan atau gaji yang di miliki, tetapi lebih karena masalah pengeluaran bulanan yang tidak diatur dengan baik sehingga pengeluaran besar melebihi pendapatan. Masalah ini tidak hanya terjadi pada karyawan yang memiliki pendapatan rendah setara UMR atau bahkan di bawahnya, tetapi juga dialami oleh mereka yang sudah memiliki gaji double digit, belasan juta bahkan puluhan juta.

Saya memiliki klien-klien yang bekerja di perusahaan perkebunan, perusahaan minyak, bahkan perusahaan asing multi nasional yang memiliki pendapatan besar dengan rentang 20-40 jutaa, yang konsultasi ke saya karena mereka tidak bisa menabung atau bermasalah dengan utang. Saya mendapatkan kesan kalau mereka masih merasa gaji mereka kurang, tidak mencukupi kebutuhan biaya hidup mereka. Dari sini kita bisa menilai apakah iya, ketika mengalami masalah keuangan maka sumber masalahnya adalah karena pendapatan yang terlalu kecil? Atau jangan-jangan memang pengeluarannya aja yang terlalu besar?

Sesuai dengan judul artikel ini, dimana “Naik Gaji” itu benar-benar hanya akan menjadi ilusi semata ketika Anda tidak menyadari sumber masalah yang sebenarnya dari masalah keuangan itu apa? Seperti pengalaman banyak orang yang ketika mereka sudah mendapatkan kenaikan gaji tetapi pada akhirnya berujung sama, yaitu merasa kurang lagi, merasa gaji yang didapatkan terasa tidak mencukupi lagi. Tentunya hal itu terjadi karena seiring meningkatnya gaji yang didapatkan dibarengi juga dengan kenaikan pengeluaran. Dan akan terus berulang hingga tanpa disadari Anda sudah berada di ujung usia produktifitas, dan akhirnya harus masuk usia pension.

Lalu apa yang harus dilakukan supaya naik gaji ini tidak hanya sekedar menjadi ilusi semata? Tidak hanya membuat Anda merasa sejahtera disaat usia produktif saja, tetapi juga dapat membuat Anda sejahtera sampai usia tua, sampai akhir hayat? Jadi teringat sebuah kata-kata bijak “Jika Anda terlahir miskin, itu bukan kesalahan Anda. Tetapi jika Anda meninggal dalam kemiskinan itu lah kesalahan Anda”. Lalu apa yang harus dilakukan? Supaya bisa sejahtera, tidak hanya saat di usia produktif saja, tapi juga sampai di usia pension nanti! Berikut ini ada 3 hal yang dapat Anda lakukan untuk bisa tetap sejahtera sampai akhir hayat.

Perkuat pondasi keuangan Anda.

Dalam ‘Segitiga Piramida Perencanaan Keuangan’ piramida dibagi menjadi 2 bagian yaitu keamanan dan kenyamanan. Keamanan menjadi dasar piramida sebagai pondasi keungan yang kokoh, baru berikutnya anda meraih kenyamanan, mencapai apa yang menjadi tujuan keuangan atau keinginan di masa depan. Pondasi yang tidak kokoh hanya akan membuat kenyamanan menjadi ilusi saja, kenyamanan akan hilang atau buyar ketika resiko dalam kehidupan terjadi dan membuat Anda mengalami masalah keuangan.

Oleh karena itu pondasi harus diperkuat terlebih dahulu, utamakan keamanan baru kenyamanan kemudian. Fokus untuk memastikan Pendapatan selalu lebih besar daripada pengeluaran. Atur pengeluaran Anda dengan baik, sesuaikan antara kebutuhan dengan keinginan. Hindari diri Anda menjadi konsumtif karena keinginan. Jika Anda bisa memastikan Pendapatan vs Pengeluaran hasilnya positif, maka anda dapat menabung, mengumpulkan Dana Darurat, dan juga pastinya bisa membeli proteksi (Asuransi) yang dibutuhkan. Jika cash flow sudah positif, bisa menabung atau berinvestasi dengan rutin setiap bulannya, sudah memiliki dana darurat yang ideal dan memastikan memiliki perlindungan asuransi Kesehatan dan asuransi jiwa yang mencukupi, maka artinya pondasi keuangan sudah dapat dikatakan kuat dan aman. Baru kemudian bisa melanjutkan fokus ke tangga piramida selanjutnya untuk mencapai kenyamanan.

Tentukan tujuan keuangan, dan persiapkan uang pension tambahan.

Fakta yang saya dapatkan dari pengalaman membantu banyak calon pensiunan merencanakan keuangan mereka saat pension. Bahwa uang pension yang mereka terima dari JHT BPJS Ketenagakerjaan, pesangon pension sesuai undang-undang ketenagakerjaan. Tidak lah akan mencukupi, umumnya akan habis dalam 5 sampai dengan 10 tahun di awal masa pension! Selebihnya seringkali membuat seorang pensiunan harus bergantung hidup secara ekonomi dengan orang lain, biasanya dengan anak atau keluarga lainnya.

Oleh karena itu mempersiapkan dana pension diluar dari JHT BPJS TK dan uang pesangon saat pension, menjadi penting. Untuk memastikan kita benar-benar bisa tetap sejahtera sampai akhir hayat nanti. Selain itu merencanakan tujuan keuangan lainnya pun di perbolehkan seperti tujuan ingin memiliki rumah sendiri, ingin menikah, ingin liburan atau ingin menyekolahkan Anak di luar negeri. Tentukan apa yang menjadi tujuan, tentukan juga jangka waktu untuk mencapai tujuan, dan yang tidak kalah penting juga adalah menentukan besarnya biaya untuk mencapai tujuan tersebut.

Mulailah Menabung dan Berinvestasi.

Jika sudah mengetahui apa yang menjadi tujuan keuangan kita maka Langkah berikutnya adalah action! Mulai berinvestasi supaya tujuan keuangan yang ingin dicapai bisa terwujud. Pelajari dan cari tau segala macam tentang investasi. Dalam mempelajari investasi, maka hal pertama kali yang harus di cari tau atau di pelajari adalah resiko. Resiko apa yang mungkin terjadi dan harus kita hadapi atau alami jika kita masuk kedalam sebuah investasi. Jika sudah tau resikonya maka berikutnya baru kita cari tau bagaimana dengan keuntungannya. Jangan terbalik! Karena biasanya kalau sudah bicara tentang investasi, orang kebanyakan hanya peduli dengan untungnya saja. Padahal kalau bicara untung setiap orang pasti bisa menerima keuntungan, tetapi jika bicara resiko, tidak semua orang siap dan mau menerima resiko. Oleh karena itu pelajari terlebih dahulu apa resikonya sebuah investasi? Jika Anda siap untuk menerima dan mentoleransi resiko tersebut maka bisa dilanjutkan proses investasinya, tetapi jika tidak maka hindari lah.

Demikianlah artikel ini saya buat, semoga pembaca tidak lagi terbius dengan ilusi kenaikan gaji, karena kenaikan gaji hanya memberikan euphoria sesaat saja, setelah itu Anda akan mengalami Kembali perasaan galau karena tidak bisa menabung atau tidak memiliki investasi.